Aku hanyalah seorang wanita biasa.
Dan aku hanyalah seorang wanita biasa yang memutuskan untuk mengenakan hijab dua tahun silam.
Apapula yang membuatku ’tuk mengambil keputusan ini?
Dulu, ketika aku terlelap di malam hari, ketika aku terbuai dalam mimpi, disanalah aku bertemu dengan seorang laki-laki paruh baya.. Seorang lelaki yang kharismatik, dengan guratan-guratan nafas kehidupan diwajahnya. Dengan tutur kata yang halus dan gerak-gerik yang menawan, ia berusaha untuk menarik perhatianku. Ia coba untuk menyampaikan sesuatu kepadaku.
Ya… aku memang terpesona dibuatnya, dan aku berupaya ‘tuk mengerti makna yang tersirat dari apa yang telah disampaikannya kepadaku.
Sungguh luar biasa.. karena akhirnya kuketahui, bahwa ia menghendakiku ’tuk mengenakan hijab.
Apakah aku serta-merta merubah penampilanku karena semua ini?
Tidak..
Aku cuai, aku acuh dengan apa yang telah aku alami.
Sungguh, aku sempat meragukan hal ini, walaupun sedikit terbesit anganku ’tuk melakukan apa yang ia minta.
Aku meragu dan berfikir, apakah aku ini pantas mengenakan hijab? Sholatku saja bisa dihitung dengan jari, dan mengajipun hanya sekali-sekali saja.
Hingga pada suatu saat, kembali aku terbuai dalam mimpi..
Pria itu kembali menghampiriku dan mengajakku kesuatu tempat..
Begitu suci, putih, dan damai.. Itulah kesan pertamaku saat melihat tempat itu.
Begitu pula dengan para penghuninya, begitu sopan, ramah dan suci..
Tertegunku melihat perbedaan antara para wanita penghuni tempat itu, dengan diriku sendiri.
Sungguh, saat itu aku merasa menjadi wanita paling hina..
Para wanita itu begitu halus, lembut, dan suci tampaknya. Ya.. mereka mengenakan hijab, tanpa kecuali..
Kemudian aku terbangun, dan tersadar dari mimpi. Aku putuskan ’tuk mencari jawaban atas apa yang telah aku alami.
Pertanyaan, demi pertanyaan ku lontarkan kepada mereka yang memang telah mengenakan hijab.
Hingga aku berhenti pada satu jawaban yang bisa membuat aku menjadi seperti sekarang ini.
” Sekar, jika kita tidak memulainya dari sekarang, kapan lagi? Umur kehidupan seseorang itu tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Janganlah kau sia-siakan kesempatan ini. Jika kamu belum merasa pantas untuk mengenakannya, buatlah dirimu pantas mulai saat ini. Kamu bisa belajar seiring dengan berjalannya waktu. ”
Kini, dua tahun sudah kulalui dengan hijabku.
Dan, apakah aku sudah menjadi wanita muslimah yang sholehah seutuhnya?
Belum....
Cobaan demi cobaan hidup terus kualami, godaan-godaan syaitan dan hawa nafsu terus menghujatku, terus mengintimidasiku, dan terus memojokkanku.
Sesungguhnya, musuh terbesar bagiku adalah diriku sendiri.
Aku bagaikan terpecah menjadi dua kepribadian.
Di satu sisi, aku begitu rajin dan sholehah nampaknya, namun disisi lain aku bisa menjelma menjadi pribadi yang begitu liar, begitu keras kepala, dan pemalas.
Hingga suatu kali aku merasa benar-benar seperti kehilangan sandaran, sampai aku tega ’tuk meninggalkan sholat lima waktu, dan meninggalkan dzikir, hanya gara-gara masalah sepele, tanpa ada rasa sesal dihatiku.
Rutinitas pekerjaan, hingar bingar suasana pesta, musik, dan bahkan situs jejaring sosial seperti ”FaceBook” pun telah mampu mengalihkan perhatianku.
Sungguh, semua itu adalah urusan duniawi, yang belakangan ini kusadari bahwa semua hanyalah kebahagiaan yang semu.
Ingin rasanya kubertanya kepada kalian,
Apakah kalian juga mengalami hal yang sama dengan apa yang telah kualami?
Apakah kalian juga berani meninggalkan ”kewajiban” yang hanya lima kali dalam satu hari itu, tanpa ada rasa sesal sama sekali?
Apakah kalian juga lebih mementingkan untuk ”update status” setiap hari, setiap menit, setiap detik daripada sholat tepat waktu, seperti apa yang telah aku lakukan?
Aku MALU..
Aku MALU pada diriku yang telah menorehkan luka dihatiku sendiri
Aku MALU pada hijabku, yang menangis karena kelakuanku sendiri..
Lalu,
Apapula bedanya aku dengan ”wanita penjaja seks” diluar sana?
Apapula bedanya aku dengan “penjual gosip” diluar sana?
Jika aku masih berpijak pada kemunafikanku sendiri..
Ya Allah, Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Puji syukur ku panjatkan kehadiratMu.
Yang masih memberikan aku kesempatan ’tuk perbaiki segalanya,
Yang masih memberikan aku kesempatan ’tuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan 1 syawal 1430 H ini.
Kusadari, kematian adalah rahasia Ilahi..
Begitu pula dengan kematianku..
Bisa dua atau tiga hari yang akan datang.. atau mungkin sepersekian detik setelah tulisan ini dibuat.
Wahai Sang Penguasa Kehidupan..
Maka, perkenankanlah hambamu ini ’tuk berucap:
” Astaghfirullaahal ’azhiimi alladzii laa illaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih ” 3x..
Ya Allah..
Tuntunlah aku kembali menuju jalan lurusMu..
Bismillah..
(”Sungguh, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali bila kaum yang bersangkutan berusaha mengubah sendiri keadaannya ” Qs. Ar-Ra’du:11)
- 21-08-09 -
Menjelang Ashar
sangat indah ukht...
ReplyDeleteshukron mbk widji atas komennya :)
ReplyDelete